Saturday, 3 December 2016

Surabaya, Surabaya, oh Surabaya
kota kenangan, kota kenangan
takkan terlupa
Di sanalah, di sanalah, di Surabaya
pertama lah, tuk yang pertama
kami berjumpa

Kuteringat masa yang telah lalu
s'ribu insan, s'ribu hari
berpadu satu

Surabaya, di tahun empat lima
kami berjuang, kami berjuang
bertaruh nyawa


Kalian pasti tidak asing dengan untaian untaian kalimat-kalimat diatas, ya kalimat tersebut merupakan lirik lagu berjudul "Surabaya" yang dipopulerkan oleh salah satu srikandi keroncong yang dimiliki Indonesia 
Sundari Soekotjo jika kalian ingin lihat videonya, nih saya sertakan alamat websitenya Read more: http://www.wowkeren.com/lirik/sundari_soekotjo/surabaya.html#ixzz4RjgPkMoO


Namun saat ini saya tidak akan membahas tentang lagu tersebut, melainkan saya akan membahas tentang kota yang menjadi tema lagu tersebut sekaliigus kota kelahiran saya, SURABAYA. 
Merupakan simbol khas kota Surabaya
Monumen Sura dan Baya, yang menjadii ikon khas Surabaya.


Surabaya merupakan ibu kota provinsi Jawa Timur, Indonesia. Saat ini Surabaya menjadi kota terbesar kedua setelah Jakarta. Maka disebut dengan kota "Metropolitan" . Surabaya terletak di tepi pantai utara Pulau Jawa dan berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa. Kata Surabaya, terpacu pada cerita legenda di Surabaya. Yaitu pertarungan antara hewan bernama Sura (sejenis hiu, sering disebut Suro) dan Baya (Buaya, sering disebut Boyo) di sepanjang bantaran sungai Kalimas. Maka disebutlah kota yang dialiri oleh sungai Kalimas tersebut dengan 'Surabaya' atau 'Suroboyo'. Itu cerita menurut legenda, tetapi ada lagi cerita tentang asal usul kota Surabaya.

Menurut Nanang Purwono dalam bukunya yang berjudul 'Sourabaya : Kampung Belanda di Bantaran Jalur Perdagangan Kali Mas' Surabaya di awal abad ke-17 adalah hanyalah sebuah kota kecil yang dibangun oleh perusahaan dagang Belanda VOC (Vereeniging Oost Indies Compagnie) di tepi barat sungai kalimas. Surabaya dijadikan pusat pos perdagangan Belanda yang lambat laun berubah fungsi menjadi benteng pertahanan dengan nama benteng Providentia atau benteng Belvedere. 

Keberadaan 'Kota Surabaya' tidak semata-mata muncul berkat Belanda, tetapi berdasarkan buku Soera ing Baja (1975) kota Surabaya sudah ada sebelum bangsa Belanda masuk tanah Jawa. Diceritakan bahwa ketika Raden Wijaya beserta pasukannya berhasil mengalahkan dan mengusir serdadu Tartar dari Tiongkok melalui muara kali Surabaya (Patjekan) pada 31 Mei 1293. Atas kemenangannya tersebut, Raden Wijaya memberikan tanda kemenangan kepada para prajuritnya dengan nama Churabaya (Surabaya). Churabaya bermakna "prajurit gagah berani yang siap mengahadapi bahaya atau tantangan". Maka tidak heran setiap tanggal 31 Mei, Surabaya mempunyai bermacam-macam perhelatan di jantung kota Surabaya guna memperingati hari ulang tahun kota Surabaya. 

VOC pada abad ke 18 mengalami kemunduran yang luar biasa, sehingga mengalami kebangkrutan. Namun sebelum VOC jatuh dan tak berdaya. VOC telah memberikan kenangan-kenangan berupa pembangunan rumah, jalan dan gang yang masih bisa kita lihat bahkan bisa kita lewati hingga saat ini. Bangunan khas Belanda bisa dilihat dari banyaknya pilar-pilar tinggi penyangga rumah dan bangunannya megah dan pondasi yang kokoh. Berikut bangunan bekas kolonial Belanda yang sampai sekarang masih bisa dinikmati dan digunakan.
Gedung Negara Grahadi Surabaya.
Jl Gubernur Suryo, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, 60271

Gedung Siola
Jl Tunjungan dan Jl Genteng Kali, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Rumah Sakit Darmo
Jl Raya Darmo No 90, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia 60264

Balai Kota Surabaya
Jl Walikota Mustajab, Indonesia, Jawa Timur , 60272

Gedung Bank Mandiri
Jl Kebon Rojo dan Jl Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur

Gedung Balai Pemuda
Jl Gubernur Suryo 15, Surabaya, Indonesia, Jawa Timur

Hotel Majapahit
Jl Tunjungan No 65, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia 60275



 





Monday, 14 November 2016

Warna Hidup


みんなさん、おはようございます, merupakan sapaan selamat pagi dalam bahasa Jepang, bacanya Minnnasan, ohayou gozaimasu. Eits,,, tunggu dulu kenapa kok malah kayak ngajarin gini ya???. Ini ada hubungannya loh dengan cerita yang akan saya tulis hari ini. Saya ingin menulis tentang pengalaman saya menjadi seorang guru di kehidupan nyata walau hanya berupa praktek semata. Saya berkuliah di Universitas Negeri Surabaya dengan konsentrasi jurusan Pendidikan Bahasa Jepang. Par mahasiwa dengan jurusan "pendidikan" wajib yang namanya praktek di lapangan menjadi seorang pendidik. Biasanya program bisa diampuh pada semester 6 dan mengharuskan mahasiswa untuk menjadi pengajar di sekolah-sekolah mitra Universitas Negeri Surabaya (UNESA).  Program ini biasanya disebut dengan PPP, yaitu akronim dari Program Pengelolaan Pelayanan. Sebelum para mahasiswa diterjunkan langsung di medan perang a.k.a sekolah-sekolah mitra, mahasiswa diwajibkan mengampuh mata kuliah PPP, yaitu berupa praktek menjadi guru namun masih praktek di depan dosen dan teman-teman sejawat.

Nah biasanya yang ditakutkan oleh para mahasiswa ini adalah bagaimana berperan sebagai guru? Bisakah saya mengajar atau berbicara di depan kelas? Bisakah saya menguasai kondisi kelas? dan sebagainya. Namun beda halnya dengan saya, yang saya takutkan hanya 1, yaitu saya melakukan PPP di luar kota Surabaya, karena saya mendengar kabar burung bahwa sekolah di Surabaya yang menjadikan pelajaran bahasa Jepang sebagai bagian dari mata pelajarannya hanya sedikit, bahkan bisa dihitung dengan jari. Alasan saya tidak ingin PPP di luar kota Surabaya, adalah saya tidak biasa jauh dari keluarga, saya tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan luar kota Surabaya, mungkin karena Surabaya adalah tanah kelahiran, jadi bisa saya katakan lek gag mangan lek gag nduwe opo-opo, pokoke nek Suroboyo.

Akhirnya penempatan sekolah-sekolah mitra pun diumumkan, saya hanya bisa berdoa dan berharap saya bisa PPP di kota Surabaya. Di hari pembagian sekolah mitra, saya tidak datang ke kampus dan saya dipilihkan oleh teman-teman saya. Ternyata teman-teman saya sungguh baik hati dan sayang kepada saya, mereka memilihkan sekolah untuk saya yaitu SMA Negeri 3 Surabaya. Hati saya meledak bahagia, hingga tidak ada kata-kata yang terlontar dari mulut saya ini.

Daftar sekolah yang di Surabaya yang mengampuh mata pelajaran bahasa Jepang antara lain :
  • SMA NEGERI 3 SURABAYA
  • SMA NEGERI 17 SURABAYA 
  • SMK NEGERI 10 SURABAYA
  • SMK MATER AMABILIS SURABAYA
Bisa dihitung dengan jari kan???? yang lainnya mendapat sekolah di Sidoarjo, Mojokerto, dll.

Pengalaman mengajar saya di SMA NEGERI 3 SURABAYA, sangat-sangatlah menarik dan sangat indah. Mahasiswa PPP UNESA di SMA NEGERI 3 SURABAYA tidak hanya dari jurusan bahasa Jepang saja, tapi dari jurusan Matematika, Fisika, Biologi dan Geografi. Kami dari tim pendidik bahasa Jepang terdiri atas :
  1. Dinar Kautshar Ramadhona
  2. Prila Puji Ayuni
  3. Vivian Larasati Prakasiwi
  4. Siti Isti'aroh
Here We Are !!! (saya yang tidak berkerudung :P) #CJDW
Power of Girl's


Kami mendapat kelas untuk mengajar, yakni kelas X MIA 1-6 dan X IBB. MIA merupakan akronim dari Matematika dan Ilmu Alam, sedangkan IBB adalah Ilmu Bahasa dan Budaya. Seluruh murid kami sangat-sangatlah tertarik dengan bahasa Jepang, hal ini memudahkan kami dalam mengajar dan menguasai kelas. Tapi tidak selamanya kegiatan mengajar kami berjalan mulus, selalu saja ada kerikil tajam yang menghadang seperti adanya siswa yang tidak tertarik dengan pelajaran kami dan menjadi biang kerok keramaian kelas.

Berikut momen kami bersama murid-murid yang sangat-sangat memberikan memori terindah dalam hidup saya.
X MIA 2

X IBB

X MIA 6

X MIA 4

X MIA 3

X MIA 1



Pengalaman kami tidak hanya berkutat di lingkungan SMAGABAYA saja, kami beserta dosen native speaker bahasa Jepang beserta guru pamong berkesempatan melakukan piknik guna mengakrabkan diri agar pengajaran bahasa Jepang di SMAGABAYA bisa berjalan lancar.  Kami beserta Takasaki sensei dan Arlina sensei melakukan perjalanan Kenpark, sebagai awal dari keakraban kami. Disana kami memperkenalkan lontong kupang ke Takasaki sensei, dan ternyata responnya baik, beliau "cukup" menyukainya, setelah makan dilanjut ke gerbang naga dan patung Budha.

Di Jembatan Surabaya

Memperkenalkan Lontong Kupang dan Sate Kerang

Perjalanan kedua dilanjut ke Hutan Mangrove Rungkut Surabaya, disana kami mengadakan piknik kecil-kecilan sebagai keluarga baru, kami melakukan makan bersama dengan bekal yang sudah disiapkan sebelumnya yaitu kare ayam, mi goreng, sambal, kentang goreng dan rebus, buah dan camilan. Tapi tidak berhenti di situ saja, kami langsung lanjut ke pulau Madura untuk menikmati pemandangan bukit kapur merah (Bukit Arosbaya) dan bukit kapur putih (Bukit Jaddih) kami banyak mengabadikan momen-momen berharga sebagai kenangan yang tidak terlupakan :D








 Momen seperti ini sangat berharga untuk kami semua, karena sulit untuk melakukan piknik bersama seperti ini.


Cukup sekian ocehan saya tentang pengalaman saya selama PPP......sekian ありがとうございます。:D :*

Je m`appelle

Bonjour Blogger, salam kenal saya Dinar Kautshar Ramadhona. Saya termasuk baru dalam bidang menulis blogger 😃. Mohon kerjasamanya 😊


Saya awali dulu blog saya dengan perkenalan ya 😊 kan sesuai dengan pepatah, tak kenal maka tak sayang #asik 😁😁😁. Saya terlahir di kota pahlawan, Surabaya tepat pada 22 February 1995, saya terlahir di keluarga yang berkecimpung dalam bidang seni. Ayah saya, Her Roesmadhi adalah salah satu pelukis yang dimiliki Surabaya. Ibu saya, Andalusi, seorang rumah tangga biasa namun terlahir juga di keluarga seni, ayah ibu saya a.k.a kakek saya seorang sastrawan dan budayawan Surabaya yang sangat terkenal di jamannya, Luthfi Rachman. Kakak dari ibu saya, Alexandri Luthfi Rachman, adalah seorang pelukis juga namun karena bisa bersekolah tinggi maka menjadi dosen di Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI) sekaligus menjadi dekan Fakultas Seni Media Rekam (FSMR).

Saya terlahir 3 bersaudara, saya, 2 adik saya. Adik saya yang pertama Alam Syamsidar Mutu Manikam, seorang mahasiswa yang berkuliah di Universitas Airlangga (UNAIR) dengan studi Hubungan Internasional,  orang tua saya berharap Alam bisa menjadi seorang diplomat yang kompeten di bidangnya. Dan adik saya yang terakhir Lintang Esha Ringgit Hidayah, merupakan calon mahasiswi yang mewarisi bakat ayah kami sebagai seorang seniman, karena daya kreatifitasnya yang tinggi. Saat ini dia menuntut ilmu di SMA Negeri 3 Surabaya (SMAGABAYA), dengan konsentrasi kelas MIA.












Saya sendiri adalah seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang memperjuangkan skripsi. Saya berkuliah di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dengan fokus studi Pendidikan Bahasa Jepang. Banyak yang bilang bahwa seseorang yang belajar tentang bahasa bahkan berkuliah tentang bahasa mempunyai masa depan yang tidak begitu terang. Opini tersebut saya terima, saya dengar dari kalangan keluarga sendiri yang status finansialnya lebih dari keluarga saya. Ok!, itu memang hak mereka dalam menyampaikan pendapat, tapi rejeki orang berbeda-beda dan belum tentu seseorang yang studi tentang jurusan yang cemerlang bisa mempunyai masa depan yang cemerlang pula 😁.

Saya sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan bahasa, budaya dan dunia. Dalam bidang bahasa, saya amat tertarik mempelajari bahasa asing, tidak hanya bahasa Jepang, tetapi juga bahasa dari negara lain seperti, Perancis dan Turki.Dalam mempelajari suatu bahas asing kita akan menemukan hal-hal unik yang tidak kita sangka sebelumnya. Maka daripada itu saya sangat tertarik mempelajari bahasa Jepang, Turki dan Perancis. Dalam bidang budaya, bisa saya pelajari melalui bahasa asing tersebut. Dalam proses mempelajari bahasa asing secara otomatis kita juga bisa mempelajari budaya dari negara asal bahasa tersebut.

Saya rasa cukup sampai disini ya, maafkan bahasa saya yang agak sedikit kaku, harap maklum karena ini baru pertama kali. Merci